Diposkan oleh Syamsul Kurniawan, Indonesia
Dalam tulisan ini, pertanyaan pokok yang ingin saya bahas adalah : adakah hubungan antara pendidikan Islam dengan politik, khususnya budaya politik?
Salah satu aspek penting dalam pendidikan Islam adalah aspek politik. Aspek ini mengandaikan hubungan antara masyarakat (sebagai peserta didik) dengan pemerintah, sistim pemerintah, hubungannya dengan negara, antar organisasi dan sebagainya. Atas dasar ini, antara pendidikan Islam dengan politik punya hubungan erat yang sulit untuk dipisahkan. Oleh sebab itu, politik pada hakikatnya adalah bagian daripada umat manusia yang ada di muka bumi ini. Keduanya tidak bisa dipisahkan dari keterpaduannya dengan berbagai aspek kehidupan. Bukan saja menyangkut kehidupan satu aspek umat manusia saja baik secara sadar maupun tidak sadar, tiap manusia melakukan tindakan politik serta berada dalam lingkungan yang disebut sistim politik.
Di Indonesia, munculnya madrasah merupakan konsekuensi dari proses modernisasi “surau” yang cenderung disebabkan oleh terjadinya tarik-menarik antara “kemasyarakatan” dan pengaruh orientasi organisasi. madrasah yang didirikan oleh Muhammadiyah memiliki corak ke-Muhammadiyah-an. Demikian pula madrasah-madrasah yang dikelola oleh NU, orientasi pendidikannya pasti menitikberatkan pada kemurnian mazhabnya. Konsekuensi dari keragaman orientasi pendidikan tersebut adalah munculnya para tokoh formal dan informal yang memiliki pemikiran dan pergerakan politik yang berbeda. Pendidikan mungkin bukan merupakan faktor yang penting bagi timbulnya perbedaan watak politik yang bersifat “intra-generasional”, tetapi pendidikan merupakan faktor yang bersifat menentukan bagi timbulnya perbedaan budaya politik yang bersifat “inter-generasional”. Institusi pendidikan bisa membentuk karakter dan kepribadian seseorang dan ujung-ujungnya memiliki paradigma berpikir yang berbeda.
Pendidikan politik sebagaimana yang sudah diuraikan berlangsung pada intens pada jenjang perguruan tinggi (universitas). Kenyataannya ini sangat mudah dipahami. Universitas memiliki mahasiswa yang sudah matang dan siap untuk terlibat secara langsung dalam proses-proses politik yang sedang berlangsung. Mahasiswa merupakan bagian atau lapisan masyarakat yang potensial untuk menjadi lahan rekruitmen politik. Karena itu juga mahasiswa sangat rawan terhadap manipulasi politik. Aksi-aksi demonstrasi oleh kebanyakan mahasiswa juga tidak sepenuhnya murni. Aktivitas mahasiswa yang demikian ini, muncul terutama bukan disebabkan pendidikan politik yang sedang berlangsung di universitas tempat mereka mengalami pendidikan. Melainkan lebih bersumber dari lembaga-lembaga (organisasi) ekstra universitas.
Pendidikan merupakan aksi politik baik pada jenjang universitas, pendidikan menengah dan pendidikan dasar. Karena politik merupakan faktor pendidikan. Dengan kata lain, aksi pendidikan mempunyai ciri politis dan tindakan politik mempunyai sifat mendidik. Dunia pendidikan secara alamiah bersifat politik. Politik merupakan ruhnya pendidikan dan demikian juga berlaku pada pendidikan Islam. Pendidikan politik mempunyai kedudukan yang sangat erat dalam sejarah Islam Islam, khususnya dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Upaya untuk melakukan pembaruan pendidikan Islam sebagaimana dialami oleh beberapa organisasi dalam Islam dinilai sangat politis. Dikatakan politis karena pembaruan ataupun modermisasi pendidikan Islam di Indonesia sering menggunakan tangan birokrasi agar gerakan mewujudkan cita-cita pembaruan atau modernisasi tersebut dapat tercapai.
Ilmu politik Islam secara global dapat dipahami sebagaimana ilmu politik pada umumnya, hanya saja ia membatasi dirinya pada pendasaran penggalian ide-ide politik pada sumber pokok hukum Islam, yaitu Al Quran dan sunnah Nabi SAW, sehingga kalau ada pendapat bahwa semua politik itu kotor, sungguh tidak benar sama sekali. Politik adalah suatu kebijakan yang diambil untuk kebaikan bersama. Suatu kebijakan tidak mungkin diambil untuk tujuan yang kotor dan tidak baik. Andaikata fakta berbicara bahwa politik itu mendatangkan kekotoran, ketidakjujuran, maka hal demikian bukanlah politik. Tapi suatu tindakan kotor yang mengatasnamakan politik.
Dalam pandangan Islam, politik pendidikan nasional kita haruslah: pertama, membangun iman. Tujuan pendidikan menurut Islam adalah membangun iman manusia, meningkatkan ketakwaan, berakhlak mulia, menguasai ilmu, beramal saleh dan berbuat kebaikan. Jadi, melihat kehidupan politik kita dewasa ini, pendidikan Islam harus berbuat sesuatu untuk melahirkan suatu budaya politisi baru yang tidak keluar dari tujuan pendidikan Islam itu. Budaya politik yang akan mendorong para politisi kita untuk bertindak secara bersih, jujur dan cerdas. Memang tentu saja budaya politik yang patriotik tidak akan pernah ada. Selalu akan tetap terdapat unsur-unsur hedonistik dalam budaya politik yang “paling baik” pun. Akan tetapi, persoalannya bukan mengembangkan budaya politik yang bersih dari cacat, melainkan mengurangi sejauh mungkin unsur-unsur hedonistik dan mengoptimumkan watak humanistic-patriotik dalam budaya politik yang akan dibangun bangsa.
Pendidikan Islam, merupakan wahana yang harus dipergunakan untuk melahirkan generasi politik baru di kalangan muslim Indonesia yang akan membentuk budaya politik baru. Lahirnya generasi politik yang baru di masa depan, generasi politik yang lebih humanistik, patriotik, santun, bersih, serta cerdas daripada generasi politik yang ada sekarang ini, amat bergantung pada dua hal: kuat lemahnya keinginan kita untuk melahirkan budaya politik baru dan kuat lemahnya keyakinan kita bahwa pendidikan dapat berbuat sesuatu untuk melahirkan generasi politik yang akan mampu mengembangkan budaya politik baru tadi. Mudah-mudahan tulisan ini dapat merangsang pemikiran yang segar dalam masyarakat mengenai peranan pendidikan Islam dalam membentuk masa depan bangsa.
0 comments:
Post a Comment