Saya sengaja datang ke Teraseko FEP, pada acara yang diadakan GMUKM (yang lagi-lagi diharamkan pleh pihak kampus) untuk mendengarkan beberapa orasi tentang idealisme mahasiswa. Salah satu yang akan memberikan pidato adalah Fahmi Zaenol, Presiden PMUM.
Pukul 21.04 saya bertolak dari rumah. Pintu dua UKM yang bersebelahan dengan lapangan bola sepak ditutup, sepertinya memang disengaja agar semua yang ingin masuk agar melewati pintu satu. Saya curiga akan ada pemeriksaan. Dan benar, di pintu satu ada pemeriksaan. Macet, karena setiap mobil yang hendak masuk harus memperlihatkan tanda pengenalnya, termasuk saya.
Pukul 21.30 saya tiba di Teraseko, FEP. Mobil polisi sudah memblok jalan pertigaan depan bustop PTSL, sebelum sampai di lokasi. Begitu takutnya mereka, sampai bagian keselamatan harus hadir pada acara sederhana ini.
Saya menunggu agak lama di parkiran sampai acara dimulai. Tiba-tiba beberapa orang (yang saya yakin bagian keselamatan tetapi berbaju kaos) mulai datang dengan mewanti-wanti dengan sikap awas.
Pukul 21.48 suara mahasiswa sudah bergema. Salah seorang membawa mikrofon dan speaker ke sudut pidato. Salah seorang lain membawa kursi.
Acara dimulai.
Beberapa orang berpidato di atas kursi sebelum Fahmi Zaenol, termasuk dari GMUKM dan wakil dari Mahasiswa Keadilan. Sampailah pada saat seorang mahasiswa berperawakan Cina naik berpidato. Suaranya lantang. Tiba-tiba salah seorang dari bagian keselamatan UKM, Wisma Aman, datang untuk menghentikan pidato. Tetapi tetap, orasi berjalan.
Sampailah Fahmi Zaenol yang angkat bicara. Bahagian keselamatan sudah semakin dekat dan mengelilingi pembicara. Terjadi beberapa adu mulut dari pihak penganjur acara dengan pihak Wisma Aman saat itu. Fahmi Zaenol dalam pidatonya beberapa kali mengutip pergerakan mahasiswa yang ada di Indonesia, termasuk masa Orde Baru. Sempat juga ia menyinggung perihal kejadian di Universiti Malaya beberapa waktu lalu.
Dan yang terakhir pidato adalah wakil dari pihak PMUKM sendiri. Wisma Aman memberikan waktu kepada pemidato selama 3 menit untuk bicara.
Saya kesal sekali dengan acara ini. Saya kecewa. Kenapa masih tetap “menurut” Wisma Aman untuk bicara dengan waktu yang ditentukan. Walaupun memang acara ini tidak dibenarkan oleh pihak Universitas, tetapi suara mahasiswa masih lebih tangguh daripada penguasa.
Saya kira pihak penganjur acara belum matang mempersiapkan acara ini betul-betul. Pemidato hanya berbicara sedikit, dan sudah. Ya, karena akibat dari dialog dengan Bahagian Keselamatan yang hanya diberi waktu bicara tidak lebih dari 3 menit.
Kenapa mahasiswa masih menurut pada bagian keselamatan yang sedikit, sementara orang yang hadir berkali-kali lipat. Maksud saya, toh sudah terlanjur bicara, kenapa tidak diteruskan saja. Katakan apa yang ingin disampaikan.
Setelah acara berakhir, penganjur acara menyusun meja dan bersembang biasa, tetap dikontrol oleh Wisma Aman. Hal-hal biasa seperti itu saja, mereka masih dikawal. Orang-orang masih meramaikan lokasi tetapi agak berpencar. Saya tidak mencium ada orasi atau pidato atau gerakan atau semacamnya. Saya menunggu sampai mereka pulang dengan berjalan entah kemana, dan lagi-lagi bahagian keselamatan masih mengikuti.
Bahagian keselamatan atau siapapun dibelakang mereka memang terbukti takut dengan program acara ini. Acara kecil dan sangat sederhana. Akta Hasutan? Saya tidak mendengar ada “situasi menghasut” di sana. Satu lagi, yang pidato tadi itu bukan dewa atau nabi, sikapilah dengan biasa-biasa saja. Yang ditakutkan adalah kalau mereka diberikan perlakuan istimewa, mereka malah angkuh dan bersikap keartis-artisan.
Oh iya, saya tunggu acara selanjutnya.
Fssk, 2014.
SUMBER
Moving Forward! Ber-GM Lebih Baik!
0 comments:
Post a Comment